AJARAN BILEAM
“Tetapi Aku sedikit mencela engkau, karena padamu ada orang-orang yang berpegang kepada ajaran Bileam yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.”
(Wahyu 2:14)
Di zaman sekarang, kompromi dengan dosa sering dibungkus dengan alasan “normal” dan “modern.” Misalnya, di dunia kerja banyak orang berbohong dalam laporan keuangan, dengan alasan “semua orang juga begitu.” Dalam pergaulan, orang muda sering merasa wajar untuk mengikuti gaya hidup yang bertentangan dengan firman Tuhan, demi tidak dianggap ketinggalan zaman. Hal-hal itu dianggap biasa, padahal secara rohani itu adalah pintu masuk bagi kerusakan iman.
Situasi inilah yang mirip dengan apa yang dialami jemaat di Pergamus. Yesus menegur jemaat Pergamus karena ada di antara mereka yang mengikuti ajaran Bileam. Untuk memahami teguran ini, kita perlu kembali ke Perjanjian Lama. Dalam Bilangan 22–25 dan 31:16, Bileam adalah seorang nabi yang pada awalnya menolak tawaran Balak, raja Moab, untuk mengutuk Israel. Tetapi karena tergoda harta dan penghormatan, Bileam mencari cara agar tetap mendapatkan keuntungan tanpa melawan firman secara terang-terangan. Strateginya licik: ia memberi saran kepada Balak agar bangsa Moab mengajak orang Israel bergaul, ikut dalam pesta mereka, menyembah berhala, dan terlibat dalam perbuatan cabul. Dengan cara itu, Israel jatuh bukan karena serangan langsung, tetapi karena kompromi bertahap.
Hal yang sama terjadi di Pergamus. Kota itu penuh kuil berhala dan pesta penyembahan. Jemaat yang tinggal di sana hidup di bawah tekanan sosial dan politik. Sebagian tetap setia, tetapi sebagian mulai berpikir: “Tidak apa-apa ikut perjamuan berhala, toh saya masih percaya Yesus.” Mereka menggabungkan iman dengan dosa. Yesus menyebut itu sebagai ajaran Bileam, sebab esensinya sama: kompromi yang perlahan-lahan merusak kekudusan umat Tuhan. Karena itu, pesan Tuhan jelas: iman kepada Kristus tidak bisa dicampur dengan dosa. Sedikit kompromi saja sudah cukup membuka pintu lebar bagi kehancuran rohani.
Jika kita jujur, ajaran Bileam itu bukan hanya masalah jemaat Pergamus, tetapi juga realitas kita hari ini. Kita mungkin tidak menghadiri pesta berhala, tetapi bentuk komprominya masih ada: Di pekerjaan, kita tergoda menutupi kebenaran demi keuntungan finansial. Dalam pergaulan, kita ikut-ikutan gaya hidup dunia supaya diterima. Dalam iman, kita membenarkan dosa dengan alasan “Tuhan pasti mengerti.” Semua itu tampak sepele, tetapi bila dibiarkan, hati menjadi tumpul terhadap dosa. Kita tidak lagi peka terhadap suara Roh Kudus, karena sudah terbiasa mencari alasan untuk membenarkan diri. Seperti jemaat Pergamus, kita mungkin masih mengaku percaya Yesus, tetapi hidup kita sebenarnya sudah bercampur dengan hal-hal yang tidak kudus. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bersikap tegas. Iman kepada Kristus adalah panggilan untuk hidup berbeda. Kita dipanggil bukan untuk lari dari dunia, tetapi untuk hadir di tengah dunia tanpa membiarkan dunia membentuk kita. Kesetiaan di dalam hal-hal kecil akan meneguhkan kita menghadapi godaan yang lebih besar.
Doa: Tuhan Yesus, ampuni aku jika selama ini aku sering berkompromi dengan dosa. Ajari aku untuk hidup dalam kekudusan, setia dalam hal-hal kecil, dan menolak godaan dunia. Amin. (mpn)
Bacaan Alkitab
Ester 1-3
