AJARAN NIKOLAUS
“Demikian juga padamu ada orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.”
(Wahyu 2:15)
Hidup di zaman ini membuat kita akrab dengan istilah “kebebasan.” Semua orang ingin bebas: bebas berpendapat, bebas memilih, bebas melakukan apa yang diinginkan. Tetapi, kebebasan sering disalahartikan menjadi “bebas tanpa batas.” Dalam urusan rohani pun, banyak orang Kristen berkata: “Saya kan sudah diselamatkan oleh kasih karunia, jadi kalau saya jatuh dalam dosa, Tuhan pasti mengampuni.” Di permukaan, kalimat itu terdengar penuh iman. Tetapi kalau kita telusuri lebih dalam, itu sebenarnya adalah cara licik untuk menutupi dosa dengan baju rohani. Inilah yang terjadi di jemaat Pergamus, yang ditegur Yesus karena mereka berpegang kepada ajaran Nikolaus.
Kalau ajaran Bileam menyerang iman lewat kompromi dari luar, maka ajaran Nikolaus lebih berbahaya karena menyerang dari dalam gereja. Mereka tetap berbicara tentang Kristus, tetapi cara hidup mereka bertentangan dengan Injil. Mereka mencampur firman dengan kedagingan, dan akhirnya menghasilkan Injil palsu yang memanjakan hawa nafsu. Yesus tidak hanya sekadar mencela jemaat Pergamus karena ada ajaran salah, tetapi Ia juga menunjukkan betapa serius akibatnya. Kalau jemaat menerima ajaran Nikolaus, maka identitas mereka sebagai umat kudus hilang. Mereka tidak lagi berbeda dari dunia.
Sekarang mari kita lihat diri kita. Apakah ajaran Nikolaus masih ada hari ini? Jawabannya: ya. Bahkan mungkin lebih dekat daripada yang kita kira. Setiap kali kita berkata: “Tuhan pasti mengampuni, jadi tidak apa-apa kalau saya ulangi dosa ini,” atau “Yang penting hati saya baik, tidak usah terlalu kaku soal firman,” atau “Saya kan tetap pelayanan, jadi Tuhan pasti maklum kalau ada kelemahan saya,” sesungguhnya kita sedang memakai cara berpikir Nikolaus: membenarkan dosa dengan alasan anugerah. Padahal, kasih karunia Kristus yang sejati tidak pernah membuat kita nyaman dalam dosa. Sebaliknya, kasih karunia itu justru mendidik kita meninggalkan kehidupan lama (Titus 2:11–12). Artinya, kalau kita benar-benar mengerti anugerah, kita akan semakin terdorong untuk hidup kudus, bukan malah sembarangan.
Jemaat Pergamus ditegur karena membiarkan ajaran Nikolaus berakar di tengah mereka. Pertanyaannya bagi kita: apakah ada area dalam hidup kita yang kita biarkan dikuasai oleh ajaran serupa? Apakah ada dosa yang terus kita kompromikan sambil kita berkata, “Tidak apa-apa, Tuhan pasti maklum”?
Kalau iya, berarti kita sedang berjalan di jalur yang sama dengan Pergamus. Dan hari ini Tuhan mengingatkan: jangan main-main dosa. Jangan menganggap seenaknya dengan kasih karunia.
Doa: “Tuhan Yesus, aku bersyukur untuk kasih karunia-Mu yang begitu besar. Ampuni aku kalau selama ini aku menyalahgunakan anugerah-Mu untuk membenarkan dosaku. Tolong aku mengerti bahwa kasih karunia-Mu adalah kuasa untuk hidup kudus, bukan alasan untuk berbuat dosa. Bimbing aku agar hidupku sungguh mencerminkan Engkau. Amin.” (mpn)
Bacaan Alkitab
Ester 4-6
