Yakobus 1
19Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; 20sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. 21Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 22Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 4-6
Amsal 26:27
Renungan
Kita baru saja melewati sebuah Kegerakan untuk Mencintai Firman, Merenungkan Firman dan Menghidupi Firman selama 40 hari. Dan tentu saja ayat (yang digaris-bawahi) di atas sudah tidak asing lagi, karena setidaknya menjadi ayat hafalan di Sesi 3 – Selidiki. Dan tentu saja ini sangat selaras dengan salah satu dari tiga serangkai LTW3 – yakni Menghidupi Firman. Namun di sinilah justru yang menjadi salah satu tantangannya. Mengumandangkan KLAIM bahwa kita MENCINTAI Firman TUHAN, dan melakukan PERENUNGAN Firman TUHAN mungkin bisa dikatakan jauh lebih mudah ketimbang MELAKUKAN Firman Tuhan. Padahal justru di sinilah letak daya ubah/ transformasi kehidupan kita; justru di sinilah letak ketrampilan hidup kita sebagai orang percaya terus dilatih; justru di sinilah “otot2 iman” kita semakin kuat.
Mari sejenak kita memasukkan iman kehidupan dalam kategori sebuah KETERAMPILAN. Untuk menjadi terampil maka kita membutuhkan pelatihan dan hal itu biasanya kita kerjakan berulang kali sehingga menjadi bagian yang membentuk kita. Semakin kita jauhi pelatihan tersebut maka semakin membuat kita tidak terampil; dan bila kita merasa sudah bisa tetapi kita tidak fungsikan/gunakan maka akan membuat kita tidak bisa lagi melakukannya. Itulah sebabnya menolong orang yang tidak MAMPU dianggap jauh lebih mudah ketimbang menolong orang yang tidak MAU.
Menjadi pelaku Firman adalah merupakan bagian dari proses untuk membuat kita bertahan untuk menghadapi badai kehidupan, dan menempatkan Firman Tuhan sebagai sauh kehidupan kita. Orang yang melakukan Firman TUHAN hampir dapat dipastikan selalu memiliki keteguhan iman khususnya dalam menghadapi berbagai persoalan. Silahkan kita menyimak kembali bacaan kemarin, di mana seseorang yang mendengar dan melakukan digambarkan sebagai sebuah rumah yang dibangun di atas fondasi yang kuat sehingga tetap kokoh tak tergoyahkan dalam menghadapi air bah dan banjir
Jadi bagaimana? Apakah cukup puas hanya mendengar saja, atau kita mau menjadi pelaku Firman Tuhan? -JP