¹Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. ²Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12)
Bacaan Alkitab
Ratapan 1-2
Amsal 26:20
Mari sejenak kita melihat kembali sinopsis tema mimbar kita di Minggu ini yang ditulis demikian: Zaman memang selalu berubah, peradaban & budaya manusia- pun juga turut berubah. Pertanyaannya, apakah referensi kehidupan manusia juga turut berubah? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa REFERENSI akan membuahkan PREFERENSI dalam kehidupan manusia, dan akhirnya akan bermuara pada kehendak hati & keinginan manusia. Adakah referensi yang langgeng? Yang selalu up to date dengan zaman itu sendiri?
Secara sederhana kita memaknai REFERENSI adalah RUJUKAN. Bila kita membicarakan referensi kehidupan maka sebenarnya kita menyampaikan apa sih yang menjadi rujukan kehidupan, acuan kita menjalani hidup, menjalani nilai² yang kita anggap pantas dan benar sehingga mulai dari pikiran sampai tindakan sesungguhnya dikerjakan berdasarkan rujukan itu sendiri.
Sementara waktu terus berjalan, zaman bergerak dan berubah. Munculnya pergumulan tidak dapat dihindari, khususnya tatkala dialog terjadi antar generasi. Salah satunya karena adanya referensi yang berbeda ketika mereka menjalani hidup sehingga muncul terminologi² sosial yang saling melukai di antara mereka. Dengan kata lain, REFERENSI kehidupan-pun ikut berubah. Adakah REFERENSI yang selalu up to date, selalu cocok di sepanjang zaman, selalu bersifat currently di sepanjang waktu?
Roma 12:2 bukanlah ayat yang mudah untuk diaplikasikan. Bagi manusia berdosa, dunia selalu menjadi “rumah” yang nyaman dengan berbagai referensi yang ditawarkan, karena dosa telah “menciptakan” kecenderungan untuk serupa dengannya. Namun ayat ini sesungguhnya bagi kita yang telah menerima Kemurahan/ Anugerah Allah, dan juga bukan merupakan hal mudah karena dua hal, yakni pertama – kita pernah hidup di dalamnya, yakni menikmati keserupaan dengan dunia, kita tahu nikmat enaknya. Kedua – berproses di tengah² kuatnya pengaruh kedatangan. Injil sendiri mencatat bahwa daging itu lemah sehingga perlu bagi kita untuk mengobarkan semangat dan ketaatan dalam roh, karena roh itu penurut. Mudah?
DOA: Di tengah perjalanan hidup kami yang melintasi zaman ini ya TUHAN, tolonglah agar kami diberikan kesetiaan kepada kebenaran Firman-Mu yang tidak pernah berubah dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
-JP