Matius 6:2-4 (PBTB2)
2 Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau menggembar-gemborkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik …, supaya mereka dipuji orang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Mereka sudah mendapat upahnya.3 “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 40-41
Amsal 28:3-5
Renungan
Kita tentu akrab dengan Matius 5:16—hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik. Ayat tersebut bisa dipahami demikian: kalau kita berbuat baik, kita harus menunjukkannya kepada banyak orang supaya apa yang baik itu bisa disaksikan banyak orang. Di sisi lain ada nats di atas yang menasihatkan kita untuk tidak memamerkan sedekah yang diberikan. Bagaimana kita menyelaraskan kedua hal ini?
Matius 6:1-18 adalah bagian dari Khotbah di Bukit yang berbicara tentang motivasi dalam melakukan kewajiban agama —bersedekah (1-4), berdoa (5-14), dan berpuasa (15-18). Istilah ‘orang munafik’ di ay. 2 berasal dari kata hypokrites—digunakan untuk seorang aktor dalam sebuah panggung pertunjukan Yunani yang memakai topeng yang berbeda-beda untuk memerankan peran yang berbeda-beda (bermuka dua dalam Bahasa Indonesia). Orang munafik ini melakukan hal yang benar, tetapi motivasinya salah. Mereka memberikan sedekah supaya dihormati (doxazo) sebagai seorang yang saleh. Motivasi ini yang membuat seseorang menjadi sombong, itu sebabnya Tuhan Yesus mengajarkan seseorang harus memberikan sedekah secara tersembunyi (tidak pamer). Namun, justru di dalam ketersembunyian itulah Bapa melihatnya dan memberikan penghargaan. Ketika kita menjadi terkenal di hadapan manusia, dipuji oleh manusia, maka kita kehilangan penghargaan dari Allah Bapa yang tentunya jauh lebih berharga.
Dalam pergaulan kita, adakalanya kita berkesempatan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Bersyukurlah untuk kesempatan tersebut dan lakukanlah dengan ketulusan hati tanpa memamerkannya untuk dipuji orang lain.
Doa: Ya Tuhan, berikanlah selalu ketulusan hati kepadaku ketika melakukan kebaikan kepada orang lain. Jangan biarkan aku menjadi sombong karena termakan pujian manusia, tetapi akhirnya tidak mendapat perkenan Tuhan. -VA