¹?Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kejadian 3)
²¹Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. (Kejadian 3)
?Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. ?….” ?Lagi firman Allah kepada Abraham: “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. (Kejadian 17)
Bacaan Alkitab
Daniel 11-12
Amsal 29:2-4
Bila kita melihat tema mingguan, akan kita temukan sebuah topik terkait dengan Janji atau Janji² yang Tak Terlupakan – Unforgettable Promise(s). Mari kita sejenak melihat pemaknaan dari kata Janji yang kita bandingkan dengan kata Perjanjian. Meskipun sebagian orang menganggap perjanjian dan janji sama artinya, namun anggapan tersebut salah karena ada perbedaan antara perjanjian dan janji. Perjanjian, dalam konteks umum, dapat didefinisikan sebagai perjanjian formal antara dua pihak atau lebih di mana mereka setuju untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam sebuah perjanjian, peran kedua belah pihak harus aktif. Dalam sebuah perjanjian, kedua belah pihak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang jelas. Perjanjian, sebagai perjanjian formal, mempunyai keabsahan hukum. Perjanjian dalam konteks agama mengacu pada janji yang dibuat oleh/antara Tuhan kepada dan dengan umat manusia. Sementara janji adalah jaminan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu atau sesuatu akan terjadi. Dalam janji, peran hanya satu pihak yang aktif karena perhatian terutama tertuju pada satu pihak. Dalam janji, tidak ada tanggung jawab dan kewajiban bagi kedua belah pihak karena hanya satu pihak yang berperan aktif sedangkan pihak lainnya pasif. Janji tidak memiliki keabsahan hukum apa pun. Bila kita memperhatikan bacaan kita hari ini maka kita akan berpendapat bahwa Kejadian 17 lebih tepat kita jadikan sebagai rujukan perenungan karena kita mendapati kata dasar janji dalam kata perjanjian yang tercatat di dalamnya. Sementara di Kejadian 3 kita tidak temukan baik kata janji ataupun perjanjian. Namun sesungguhnya secara tersirat 2 (dua) ayat ini (3:15&21) sarat dengan janji Allah (yang tersirat) kepada kita sebagai manusia yang jatuh dan terikat dengan kuasa dosa. Mari kita gunakan penjelasan/ definisi tentang Janji & Perjanjian di atas sebagai alat untuk meninjau & merenungkan bacaan kita hari ini. Di manakah posisi kita dan apakah peranan yang harus kita lakukan? Mengapa? Kalau tidak jarang kita merancukan dan mencampur-adukan istilah janji dan perjanjian sehingga kita salah memahaminya, salah mengerti makna secara teologis-nya dan akhirnya salah dalam menyikapi hidup kita di hadapan TUHAN.
Perenungan:
Kira² kekristenan seperti apa yang terbangun dalam diri kita bila hanya memusatkan pada orientasi satu arah, ke arah kita – Janji atau Janji² Allah kepada kita; lalu kita melepaskan diri/ mengabaikan orientasi dua arah – dengan meniadakan apa yang menjadi bagian tanggung jawab kita sebagai orang² percaya yang memainkan peranan ketaatan, kesetiaan, transformasi hidup, berorientasi pada firman Allah dan bergaul semakin intim dan akrab dengan-Nya melalui Firman-Nya, dan lain sebagainya. Mungkin kita akan menjadi seperti yang diungkapkan dalam surat Ibrani 12:8 – yakni anak² gampang. Atau justru setiap kita akan mengalami jati diri kristiani sebagaimana yang diungkapkan Paulus dalam Efesus 4: ¹³sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, . . . ¹?dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. -JP