“Yohanes 15:9-17
9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan- Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.
Renungan
Ada satu fenomena yang tidak asing, yang bahkan akhir-akhir ini cukup viral di social media bagi kita orang Indonesia (baca: konoha/wakanda) yakni terkait dengan penggunaan kata atau frasa dari Bahasa korea Gwenchanayo (baca: kencanayo—artinya aku tidak apa-apa atau aku rapopo). Banyak konten creator dengan kreatif membuat tayangan-tayangan video untuk menggambarkan frasa ini untuk menyampaikan berita aku ora popo sebagai bagian bentuk keengganan seseorang untuk menceritakan atau mengatakan apa yang ada di dalam hatinya secara terus terang. Sehingga yang dilakukan adalah dengan mengatakan “kencana, kencana, kencanayo” yang kemudian diperjelas dengan mimik muka menangis atau sedang mewek. Bagi para pencinta drama Korea maka drama dengan judul “my lovely liar” adalah contoh paling jelas untuk menggambarkan frasa kencanayo. Ada banyak adegan yang diperankan mbak Kim So Hyun yang berisi kebohongan dan ketidakterusterangannya terhadap apa yang terjadi dan yang dia rasakan dengan berkata Aku ora popo (gwenchanayo). Sesungguhnya bagi sebagaian besar diantara kita yang hidup dan dididik serta dibesarkan dengan budaya sungkan kata aku ora popo menjadi hal yang justru merugikan diri sendiri. Kata aku ora popo banyak dipakai untuk alasan mulia yakni tidak merepotkan orang lain, semua akan berjalan baik-baik saja selama kita juga menjaganya dengan aku ora popo meski akhirnya sambil menitikkan air mata.. Tahu kah Anda bahwa ketika kita memperjuangkan untuk tetap berkata aku ora popo maka kita justru jatuh kepada perangkap kesepian karena tidak ada orang yang tahu tentang kedaan Anda. Anda memaksa diri pada idealism dengan berkata gwenchanayo tetapi Anda sedang menyimpan tangis untuk diri sendiri, dan tidak berdaya untuk mendapatkan support dalam mengarungi hidup yang makin panas dan ganas. Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan kepada para sahabat dan anak-anakNya langit itu akan selalu Gwenchana, namun Dia selalu menjanjikan untuk menemani kita dalam setiap proses kehidupan. Ada banyak kasus bunuh diri di Indonesia karena disebabkan belenggu gwenchana. Orang tidak menemukan dapat menemukan support system yang baik. Orang merasa sendiri meski berada dalam persekutuan bersama. Belenggu Gwenchana menjadikan Anda bukan sosok penuh kasih dengan tidak bercerita dan mengekspresikan apa yang Anda rasakan, tetapi justru sebaliknya Anda sedang menyakiti diri sendiri dan membiarkan diri Anda jatuh makin dalam ke jurang kebodohan Anda. Jika belenggu gwenchana itu sulit dilepaskan, maka mintalah dan ceritakan apa yang Anda alami kepada Dia Allah sejati Anda. -Ant
Bacaan Alkitab
Zakharia 1
Amsal 30:17