Yohanes 15:9-17
9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Bacaan Alkitab
Hagai 1-2
Amsal 30:15-16
Renungan
Di hari ini kita belajar aspek lain dari mengalami kasih yang tak terlupakan yaitu tentang ketaatan. Memiliki kasih Ilahi dalam hidup kita yang sudah dilahirbarukan, akan tercermin dalam ketaatan kita kepada tiap firman dan kebenaran-Nya. Taat berarti mengikuti perintah dan arahan, tidak melanggar ataupun menyimpang dari arahan aturan. Seorang yang memiliki kasih yang murni pastinya memiliki motivasi yang tepat dibalik ketaatan hidupnya. Mungkin akan ada orang yang baik, tetapi kehidupan ketaatannya kepada Tuhan motifnya adalah karena takut dihukum. Dia menjadi orang yang terpaksa melakukan kebenaran dan hukum Allah karena enggan maupun segan atau bahkan malu. Dan bukan karena kesadaran akan kedewasaan rohani bahwa kebenaran dan pengaturan yang dilakukan oleh Tuhan itu sungguh amat baik dan menolongnya. Mentalitas ketaatan yang hanya dibangun karena takut kepada sangsi atau hukuman, hanya melahirkan ketaatan situasional. Jika ada penegak hukum taat, dan jika tidak ada yang mengawasi dan melihat apa yang sedang dilakukannya makai a akan melanggarnya. Percayakah Anda, bahwa ketaatan adalah sikap hati yang rela sedia menerima penugasan dan perintah, aturan ataupun kehendak dari otoritas ataupun pribadi yang kita yakini lebih besar dari diri kita untuk tujuan kebaikan kita. Ketaatan pada awalnya memang merupakan suatu tantangan karena Anda harus menaklukan diri pada otoritas yang lebih tinggi. Namun sesungguhnya akan ada berkat ditiap ketaatan yang sedang terus kita kerjakan. Sebaliknya ketidaktaatan berarti membawa pada keegoisan dan menjadikan ke”akuan” sebagai si sombong. Melalui Firman Tuhan di atas jelas bahwa kita akan tetap tinggal di dalam kasih-Nya apabila kita tetap taat kepada semua perintah-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa antara kasih dan ketaatan ada kesesuaian yang erat. Pentingnya hubungan antara ketaatan dan kasih ini juga ditekankan Tuhan Yesus hingga beberapa kali di pasal 14 ayat 15, ayat 23, ayat 24. Ini merupakan bentuk penekanan betapa pentingnya hidup dalam kasih kepada Allah dengan jalan dan cara menuruti dan mentaati segala perintahNya dan kehendakNya. Karena jika kita mengasihi (bahasa Yunani: Agapao) Tuhan dengan segenap hati, tanpa pamrih dan dengan tulus, maka kita juga akan menuruti segala perintahNya (bahasa aslinya: tereo) yang artinya menyimpan dan memelihara. Buah kasih adalah ketaatan. Pengalaman hidup terus di dalam firman-Nya akan membuat Anda ditemukan oleh Allah tetap berada dalam Kasih-Nya yang agung itu. Tinggallah terus dalamnya. -Ant