Bacaan: Yesaya 49:1-7
“Kata-Nya kepadaku, “Engkaulah hamba-Ku; Aku akan diagungkan karena engkau”
(Yesaya 49:3 – Terjemahan BIS)
Evaluasi Diri. Israel yang seharusnya dapat menjadi berkat dan terang bagi bangsa-bangsa telah gagal menjalankan panggilannya, malah mereka menjadi buruk karena lebih tertarik kepada berhala dan mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Kegagalan ini terjadi karena mereka lebih memilih untuk menjadi serupa dengan para penyembah berhala dan tertarik untuk hidup dalam kecemaran dan kenajisan. Tiada hentinya hamba-hamba Allah yaitu para nabi yang diutus oleh Allah memberitakan seruan pertobatan, namun berita itu dianggap sepi.
Masalah terbesar dan mendasar umat Tuhan adalah menganggap remeh identitas mereka sebagai milik kepunyaan Tuhan. Identitas sebagai umat Allah di dapat bukan karena mereka adalah bangsa yang hebat, melainkan semata-mata oleh karena kasih, kemurahan dan anugerah Allah semata yang menjadikan mereka memiliki identitas sebagai umat-Nya. Identitas sebagai umat Allah tentu berhubungan dengan relasi mereka dengan Allah, sebab Allah memanggil kita adalah untuk masuk ke dalam relasi kedekatan dengan-Nya.
Sebagai manusia berdosa, kita tidak akan pernah dapat mengenal dan menghampiri Allah yang kudus. Namun di dalam anugerah-Nya kita dapat diperdamaikan kembali melalui anugerah dalam Kristus Yesus. Kristus telah menjadi jalan pendamaian bagi kita untuk kembali kepada Allah, Kristus telah menebus kita, dan menjadikan kita menjadi milik kepunyaan-Nya. Kita harus menyadari bahwa panggilan Allah kepada kita adalah agar kita tetap memegang teguh kebenaran firman-Nya dan mewujudkan itu dalam realitas kehidupan kita sehari-hari sehingga dunia yang berada dalam kuasa dosa dan kegelapan dapat melihat terang kebenaran Allah (sekalipun terang itu kecil) melalui kita.
Kita perlu terus mengevaluasi diri, mengapa kita sulit bahkan sering gagal untuk menjadi terang bagi dunia. Hal ini terjadi karena kita juga menganggap remeh akan anugerah dan panggilan kita. Karya Kristus yang sangat mahal dan mulia itu hanya menjadi pengetahuan di pikiran kita, yang sesungguhnya tidak kita wujudkan dalam keseharian kita. Kita lebih tertarik untuk menjadi serupa dengan dunia, mengagungkan berhala dalam hidup kita. Hal inilah yang perlu menjadi evaluasi dalam diri kita.
Doa: Tuhan Yesus, berikan hikmat-Mu agar hati dan pikiran kami memahami panggilan kami untuk menjadi terang Injil-Mu, amin. (gian)