16Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. 17Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, 18supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. (Ibrani 6: 16-18)
17Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. 18Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: (Kejadian 15: 17-18)
Bacaan Alkitab
Nehemia 1-5
Ketika kita mengikat perjanjian dengan seseorang atau lebih, misalnya dalam hal bisnis, perjanjian itu dalam kesetaraan dan agar jangan ada satu pihak yang mengingkari perjanjian itu. Jikalau ada yang mengingkari, dia harus menghadapi konsekuensi hukum dari perjanjian itu.
Allah mengikat perjanjian dengan Abraham dan keturunannya dengan sangat unik, alias berbeda. Allah yang Maha Tinggi, Suci, Besar dan lain sebagainya, mau mengikatkan diri-Nya dengan janji kepada Abraham. Kejadian 21: 8-11 memberitakan hal itu. Pada jaman itu, karena belum ada surat perjanjian dan aturan hukum dalam perjanjian itu, maka mereka melakukan sumpah dengan memotong binatang menjadi dua bagian, lalu orang yang bersumpah lewat di tengah 2 potongan itu. Dengan maksud, siapa yang mengingkari perjanjian itu, dia harus seperti binatang yang dipotong itu, alias mati. Allah (dalam bentuk api) lewat di antara daging potong itu, yang menunjukkan tekad dan kasih Allah yang begitu besar bagi Abraham, bahwa Abraham dan keturunannya akan diberkati serta menjadi berkat. Siapa Abraham? Memang bapak orang beriman, tapi peragu, pendosa. Allah tetap sabar, menunggu dengan kasih.
Bagaimana Allah bersabar dengan engkau dan saya? Sama bukan? Dia sendiri yang berinisiatif berjanji menyelamatkan saudara dan saya, mulai ketika jatuhnya manuasia dalam dosa sampai Kristus mewujudkannya. Kristus mengambil rupa hamba. Kematian Kristus sebagai perjanjian, Allah Bapa adalah Allah kita, dan kita umat-Nya. Cukupkah kematian dan kebangkitan Kristus menjadi sauh bagi kita, yang mengingatkan kita, kita ini biji mata-Nya!!!