4Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. 5Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.” (Kejadian 16: 4-5)
8Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu. 9Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. 10Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” 11Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. (Kejadian 21: 8-11)
Bacaan Alkitab
Ezra 7-10
Ketika kita mengangambil jalan dan cara yang salah dalam menyelesaikan pergumulan kita, sering kita menghadapi akibat atau resiko dari kesalahan itu. Mulai dari yang sepele sampai kepada yang serius. Dan biasanya penyesalan yang menyesakkan hati menyusul kemudian.
Itulah yang di alami Abraham dan Sara. Mereka salah kaprah memilih jalan pintas agar memiliki anak secepatnya, dengan Abraham menikahi Hagar. Setelah Hagar mengandung, dia merasa di atas angin, sehingga ia memandang rendah nyonyanya Sarai. Sakit hatilah Sarai, pasti. Ditambah lagi di pasal 21, sakit hati dan kuatir kalau ahli warisnya Ismael, sampi Sarai menyarankan Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael. Abraham gimana? Kej. 21: 11, Abraham sebel! Namanya, darah dagingnya, hati siapa yang tidak pedih kalau bepisah untuk selamanya? Pernahkah anda menghadapi resiko salah kaprah? Ada satu cerita, seseorang merasa ada sesuatu di dalam tubuhnya yang tidak beres, ada ketidak-nyamanan. Bebarapa orang menyarankan periksa ke dokter, tetapi dia bertahan sekian tahun, karena takut difonis ini dan itu. Tetapi, setelah tidak bisa menahan sakit, ia akhirnya memeriksakan diri. Dan teranyata, hasil pemeriksaan, kankernya sudah stadium 4, tidak bisa diobati, tinggal menunggu mujizat dan hari Tuhan datang kepadanya untuk terakhir sekali. Orang ini menyesal, tapi sudah terlambat, bukan? Mari, jangan ambil jalan dan cara sendiri, ada resiko, peganglah janji Tuhan, itu sauh bagi kita!!! (fd)