?Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” ?Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” ?Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” ?Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20)
Bacaan Alkitab
Yosua 11-12
Kisah Para Rasul 15
Mazmur 100
Amsal 13:5-6
Kadang kala iman dihubungkan dengan sikap n’rimo dan nonrasional. Percaya atau beriman dipahami sebagai sikap menerima apa saja yang memakai atas nama iman atau TUHAN. Bersikap kritis atau bertanya tentang logika iman Kristen dianggap sebagai sikap tidak percaya.
Paling sedikit penulis Injil Yohanes mencatat dua murid Yesus yang mengambil sikap hati dan kritis terhadap-Nya. Natanael mempertanyakan apakah mungkin muncul sesuatu yang baik dari Nazaret. Ia meragukan Yesus dari Nazaret sebagai Mesias (Yoh. 1:45- 46). Tomas bersikap skeptis dengan menyatakan argumennya sebelum melihat dan meraba sendiri lubang paku dan tusukan tombak di tubuh Yesus yang sudah bangkit itu (pasal 20:25b).
Marahkah Yesus terhadap pertanyaan dan sikap kritis Natanael dan Tomas? TIDAK. Justru sebaliknya, Natanael dipuji-Nya sebagai orang Israel sejati (pasal 1:47). Bahkan Tomas dizinkan-Nya meraba luka di tubuh-Nya. Tomas juga ditantang Yesus untuk menanggalkan ketidakpercayaannya itu dan sebaliknya percaya dan tetap hidup dalam iman (ayat 20:27).
Bagian terakhir ucapan Yesus kepada Tomas dalam ayat 29 ditujukan kepada para pembaca Injil Yohanes pada masanya, juga kepada kita pada masa kini. Kita tidak mungkin lagi bersikap seperti Tomas, meminta pada Yesus untuk melihat dan meraba lubang di tangan dan kaki serta lambung-Nya untuk membuktikan kebangkitan-Nya. Namun, penulis Injil Yohanes menyajikan dalam tulisannya banyak tanda yang diperbuat oleh Yesus sebagai bukti bahwa DIA adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Yesus tidak meminta tiap orang untuk beriman tanpa sikap kritis melainkan IA mendorong setiap orang untuk menguji kebenaran kesaksian para penginjil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) tentang diri-Nya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (ayat 29b) karena oleh iman kepada Yesus, mereka memperoleh hidup dalam nama-Nya (ayat 31). (JP)