1Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah,supaya mereka diselamatkan. 2Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka. bahwa mereka sunaauh-sunaauh aiat untuk Allah, tetaoi tanoa penaertian i/ana benar. 3Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. (Roma 10)
Bacaan Alkitab
1 Samuel 1-2
Roma 9
Mazmur 119:49-64
Amsal 14:28-29
Salah satu bagian menarik dari Surat Roma adalah di pasal 9-11, di mana topik tentang Israel dibahas. Judul2 perikop yang dimunculkan antara lain: Pilihan atas Israel, Kesesatan Orang Israel, Ketidakpercayaan Israel, Sisa Israel, Israel Terkandung dan Penyelamatan Israel. Roma 11:28 berada di posisi yang sangat istimewa yang disebut sebagai Kekasih Allah karena pilihan kepada nenek moyang mereka. Lebih jauh, posisi ini membuat mereka mendapatkan wahyu Allah melalui Torah-Nya yang membuat mereka (seharusnya) mengenal Allah lebih dekat & secara pribadi. Mereka menerima nubuatan2 yang berkenaan dengan keselamatan sejati yang akan Allah nyatakan melalui Yesus Kristus. Tinggal satu langkah lagi – yakni percaya kepada Kristus, maka genaplah anugerah TUHAN kepada bangsa pilihan-Nya ini. Problemnya, rangkaian hidup mereka tidak seperti itu.
Ketika Paulus mengatakan: Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah,” – ini bukanlah isapan jempol, tetapi sebuah realita yang dapat ditemukan dari kaum Yahudi (Israel), dan sangat mungkin merupakan pernyataan/ pengakuan Paulus tentang hidup lamanya (bndk. Filipi 3:6) di mana ia menjadi penganiaya jemaat yang disangkanya itu wujud baktinya kepada Tuhan. Wycliffe menyebutnya sebagai Semangat untuk Allah namun tidak ditunjang dengan suatu pengenalan – tanpa pengertian yang benar; dan itu sangat berbahaya.
Perenungan kita hari ini menjadi sebuah contoh bahwa kesalahpahaman atau kesalah mengertian akan menjadi problem besar. Kebenaran2 Allah yang telah terpampang di depan mereka tidak sanggup mereka kenali, bahkan mereka alami – lantaran senantiasa dibutakan oleh kebenaran2 yang mereka bangun sendiri. Mungkin kita bisa simultan menjadi sebuah tragedi Kehilangan Kebenaran karena “kebenaran”.
Bulan ini (tahun ini) kita sedang belajar tentang Pelayanan Holistik, dan seharusnya selalu teraplikasikan dalam KASIH – namun bisa terjadi sebuah kemungkinan di mana KASIH itu tak sampai kepada mereka yang seharusnya menerimanya. Mengapa? Karena kesalahpahaman kita. Sekali lagi, renungkanlah! -JP