?Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! ?Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. ?Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, ?haruslah engkau mengajarkannya berulang kepada anak-mu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. ?Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, ?dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ulangan 6)
Bacaan Alkitab
1 Raja-Raja 1
2 Korintus 7
Mazmur 139
Amsal 16:24
Dalam sebuah rapat terjadi sebuah pembicaraan yang unik dan menarik, khususnya untuk memahami arti kata harus. Hal itu terjadi sewaktu hendak mengambil keputusan untuk mengharuskan anggota gereja melakukan sesuatu. Kata HARUS seharusnya melahirkan sebuah kosekuensi; mendatangkan resiko atau akibat bila tidak melakukannya.
Kita kemarin telah merenungkan bacaan yang sama dan memberi penekanan pada kata HARUS-lah yang muncul 4 (empat) kali, di mana hal ini mengisyaratkan sesuatu yang amat penting (sekali) untuk dilakukan. Namun sayangnya di sisi lain masih saja kita temui orang yang bersikap apatis dan tidak melakukan apa yang mereka pikir tidak perlu dilakukan. Mengapa? Ya karena hal itu dan alasannya tidak terlalu penting.
Mari kita perhatikan dengan sesama. “TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
?Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” ? apakah hal ini penting? Apakah ini menjadi alasan yang sangat krusial sehingga kita HARUS melakukan ke 4 (empat) keharusan di atas yang merupakan implementasi & aplikasi dari hal mengasihi TUHAN yang Esa itu? Sekali lagi pertanyaannya, HARUSKAH?
Entah bagaimana pandangan dan respon dari mereka yang ateis dan agnostik, sekalipun kita bisa memperkirakan jawaban mereka. Namun tidak demikian bagi kita sebagai orang percaya, yang seharusnya menempatkan TUHAN di atas segala-Nya karena memang TUHAN adalah segalanya bagi kita. Apalagi hal mengasihi TUHAN ditempatkan sebagai HUKUM yang UTAMA dan sebagai PERINTAH AGUNG. Bila mengasihi Allah dikategorikan sebagai perintah maka respon tepat satu-nya adalah TAAT dan itu hukumnya HARUS/WAJIB.
Di samping hal di atas, mari kita simak bagian lain dalam Kitab Ulangan ini, yang mengingatkan kondisi yang terbalik bila kita tidak melakukan. Di perenungan Minggu kita melihat 4 (empat) supaya yang akan menjadi berkat TUHAN atas kita – namun bila kita tidak menyembah dan menempatkan TUHAN yang Esa sebagai segalanya dalam hidup, maka kita akan menerima konsekuensi-nya, yakni TUHAN akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-nya.
Ulangan 5:9 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang- orang yang membenci Aku,
Hal ini seharusnya semakin menandaskan kepada kita bahwa apa yang TUHAN perintahkan maka HARUS-lah dilaksanakan. TUHAN menolong kita sekalian. -JP