“Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. (Ulangan 6)
Bacaan Alkitab
1 Raja-Raja 2
2 Korintus 8
Mazmur 140
Amsal 16:25
Hari ini mari kita merenungkan anak kalimat supaya seumur hidupmu yang terdapat di awal ayat 2. Kata seumur hidup bisa diartikan sebagai suatu masa, sebagai jangka waktu, suatu perjalanan hidup yang akan berakhir tatkala kehidupan itu berhenti. Bila kita memahami demikian, maka itu berarti perintah TUHAN yang bersifat mengikat dan melahirkan sebuah kosekuensi akan menjadi tanggungan (tanggung jawab) yang membebani terus menerus sampai kehidupan berakhir.
Namun ada pengertian lain (kedua) yang dapat kita bangun dari kata seumur hidupmu ini, yakni sesuatu yang dilakukan dari hari ke sehari, tiada henti dan bukan saja mengikat tetapi juga melekat dalam kehidupan ini. Perintah Allah bukan lagi sebagai “beban hidup” tetapi telah menjadi gaya hidup ketaatan se-hari, bukan hanya pada periode ibadah atau hari raya tahunan tertentu. Pelaksanaan perintah dan hati yang takut akan TUHAN telah menjadi bagian kehidupan/ NATUR dan kebiasaan yang dilakukan/ KULTUR, telah membudaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya adalah pikiran, akal budi, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah, serta keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Tentu saja kedua pengertian di atas bukanlah hal yang mudah untuk dipadukan. Dalam kemanusiaan kita yang bernatur dosa tidaklah sederhana untuk mengubahkan menjadi bernatur hati yang takut akan TUHAN. Apalagi kita tidak dengan taat, setia dan tekun untuk mengerjakannya, bagaimana mungkin akan menjadi kultur/ gaya hidup keseharian kita dan anak kita. Benar, ini tidak mudah – tetapi bukan berarti tidak bisa. Satu-nya cara adalah memohon pertolongan dan mengandalkan Roh Kudus dalam mengerjakan anugerah keselamatan-Nya.
DOA; Seringkali kami gagal untuk melakukan perintah-Mu karena kami melihatnya sebagai sesuatu yang “merugikan” dan membatasi kebebasan kami. Tolonglah agar kami taat, setia dan tekun – dan menjadikannya sebagai gaya hidup kami. Ya Roh Kudus, dengarkan doa kami. -JP