Lukas 15: ?Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. ?Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. ?Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. ?Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. ?Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, ?aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Bacaan Alkitab:
2 Raja-raja 23
1 Tesalonika 1
Kidung 5
Amsal 18:11-12
Tatkala merenungkan Lukas 15 maka kita dapat menemukan berbagai isu penting yang dibicarakan di dalamnya. Misalnya:
Ketiga perikop membahas tema yang sama – yakni masalah HILANG dari domba, dirham & anak.
Ketiga perikop membahas tema yang sama – yakni masalah DITEMUKAN dari domba, dirham & anak.
Ketiga perikop membahas tema yang sama – yakni masalah SUKACITA tatkala yang HILANG itu DITEMUKAN.
Hanya saja di perumpamaan ke tiga ada situasi yang berbeda. Domba dan Dirham berada pada posisi PASIF – yang harus dicari, sementara anak bungsu dalam kondisi AKTIF dalam arti memiliki keinginan untuk kembali pada ayahnya sekalipun dengan keinginan tidak muluk – hanya menjadi orang upahan ayahnya. Kondisi kehidupan-lah yang seolah memaksanya untuk kembali kepada sang ayah.
Tidak jarang manusia dipaksa oleh keadaan untuk merajut kembali sebuah relasi yang telah hilang. Kesulitan hidup, penderitaan dan ber-bagai membuat manusia menyadari keteledoran, ke-sia-an dan berbagai masalah di masa lalu, dan salah satu solusi yang harus diambil adalah membangun kembali relasi dengan cara melakukan rekonsiliasi. Pernahkah kita mengalami dan melakukan hal demikian? Dengan sesama? Bagaimana bila dengan TUHAN – pernahkah?