Filipi 2:1-2 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
Bacaan Alkitab
2 Tawarik 14-16
Ibrani 1
Amsal 20:1
Renungan
Kita sering mendengar pendapat bahwa wanita lebih mengandalakan perasaan dalam berpikir, bertindak, juga dalam perannya sebagai seorang pemimpin. Hal tersebut diyakini karena adanya perbedaan fisiologis pada organ otak. Menurut studi yang dimuat dalam The Open Anatomy Journal tahun 2010, laki-laki cenderung menggunakan satu area kecil di sisi kiri otak, sementara mayoritas perempuan menggunakan area di kedua sisi otak. Perbedaan penggunaan otak ini menyebabkan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung lebih baik dalam merasakan pesan emosional dalam percakapan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah, dan karenanya lebih sensitif. Sementara, laki- laki cenderung bertindak berdasar fakta dan logika. Adanya perbedaan ini kadang menjadi sumber perselisihan dalam menjalani sebuah hubungan, termasuk dalam membina sebuah keluarga. Berkenaan dengan tema fasilitasi dan akomodasi, hal ini memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan dalam keluarga itu sendiri. Seorang istri tentu akan lebih dominan menggunakan perasaan dibanding dengan suami yang lebih banyak mengambil keputusan berdasarkan logika. Misalnya dalam mewujudkan permintaan dari anak-anak, sebagai seorang ibu tentu akan memiliki perasaan tidak tega untuk menolak apa yang diinginkan oleh anaknya, berbeda dengan suami yang akan berpikir lebih jauh apakah hal tersebut memang harus diwujudkan saat itu atau masih bisa ditunda. Dalam hal inilah dibutuhkan kesehatian antara semua anggota keluarga. Mengandalkan kekuatan hanya dari satu gender sebagai pengambil keputusan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan peran dan kedudukan. Yang satu akan merasa menang sementara yang lain merasa tidak dianggap. Hal sebaliknya yang harus dilakukan adalah mencoba saling mengerti dan bekerjasama secara berdampingan sebagai sebuah tim, sehingga menghasilkan pemikiran yang baik, dan semua juga bias terlibat dalam pengambilan keputusan. Salah satu keluarga yang dikisahkan dalam Alkitab yaitu keluarga Ishak dan Ribka. Si suami lebih sayang pada Esau sementara si istri lebih sayang pada Yakub. Dari awal keluarga ini sudah memupuk perbedaan yang tentunya ini akan berujung pada dendam dan keterpisahan. Jadi mari kita bangun keluarga dengan akomodasi dan fasilitas yang seimbang. Sama seperti pesan firman Tuhan hari ini yaitu kita harus sehati dalam segala hal. -GN
Doa: Tuhan kami rindu memiliki keluarga yang memiliki kesehatian. Amin.