Mazmur 147: 7-9
Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi! Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung- gunung
menumbuhkan rumput. Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-manggil
Bacaan Alkitab
2 Tawarik 26-28
Ibrani 6
Amsal 20:11
Renungan
Apa yang terbersit dalam pikiran kita ketika mendengar kata selebrasi? Mungkin kita teringat akan aksi Christiano Ronaldo atau pun pemain bola favorit kita lainnya yang seringkali melakukan selebrasi dengan gerakan khusus dan khas sesaat setelah mencetak gol. Hal itu dapat dimaklumi karena jika Anda mengetik kata ini di google maka yang Anda dapatkan adalah berita-berita tentang para pemain bola yang berhasil mencetak gol. Dalam KBBI, kata selebrasi diartikan sebagai perayaan. Sesuatu (entah berupa gerakan tubuh, ekspresi wajah, atau kegiatan tertentu) yang dilakukan untuk merayakan suatu pencapaian atau keberhasilan. Ketika terminologi ini kita bawa dalam ranah kehidupan berkeluarga, seberapa penting selebrasi ini kita lakukan? Kita mungkin berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada keluarga yang cukup menganggap perayaan-perayaan seperti ulang tahun, anniversary pernikahan, dll sebagai suatu hal yang penting dan tidak boleh dilewatkan. Tapi ada juga keluarga yang tidak terlalu memberi perhatian terhadap hal-hal seperti itu. Namun jika kita memaknai selebrasi sebagai suatu pengucapan syukur atas apa yang telah keluarga kita dapatkan (penyertaan Tuhan sepanjang tahun, pertolongan Tuhan atas kehidupan pernikahan, dll), nampaknya memang selebrasi menjadi disiplin hidup yang perlu untuk kita latih dan kembangkan dalam kehidupan berkeluargaagar kita senantiasa mengingat dan memaknai pemberian dan penyertaan Tuhan.
Namun yang perlu diperhatikan adalah ekspresi dari selebrasi itu sendiri. Terlampau sering kita memaknai sebuah selebrasi/ perayaan sebagai suatu yang mewah; makan di luar, undang sahabat, dllyang tidak semua di antara kita memiliki kemampuan untuk itu. Padahal ekspresi berbeda dengan esensi. Ekspresi merayakan hidup bisa berbeda-beda; bisa mewah atau sederhana. Namun esensi hidup yang selalu mengingat dan mensyukuri berkat Tuhan dalam keluarga, itulah yang tidak boleh dihilangkan. -Dan