STANDARISASI kebenaran diri sendiri menimbulkan kesombongan

Lukas 18:9-14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Bacaan Alkitab
Nehemia 12-13
2 Petrus 1
Amsal 21:17-18

Renungan
Tatkala jika standarisasi kebenaran ada pada diri sendiri makan tidak menutup kemungkinan bila da kesombongan dalam diri kita. Kita merasa paling benar dari orang lain, bahkan tidak mau menerima pendapat dari orang lain tentang kita. Kesombongan bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja, yang lebih ironis lagi ketika ada kesombongan rohani dan tidak ada seorang pun yang kebal terhadap kesombongan. Kesombongan rohani dapat kita lihat melalui firman yang kita baca sebelumnya, dimana dalam kisah ini diperlihatkan ketika orang Farisi mengandalkan kebenarannya sendiri dan memandang rendah semua orang. Dalam terjemahan FAYH mengatakan Orang Farisi yang sombong itu berdoa begini, “Terimakasih Tuhan, sebab saya bukan orang berdosa seperti orang lain, apalagi seperti pemungut cukai di sana itu. Sebab saya tidak pernah menipu dan tidak pernah berzinah.” Jika kita memperhatikan dengan saksama dari doa yang dinaikkan oleh orang Farisi terlihat bahwa dia bukan sekedar meyakini kebenaran mengenai dirinya sendiri, akan tetapi ia bermegah tentang kebenarannya itu dihadapan Allah dan orang lain. Kesombongan itu tidak hanya dalam kehidupan normal sehari-hari, tetapi dalam konteks agama atau kepercayaan. Bukanlah hal ini sering terjadi dalam kehidupan kita? Ketika kita menaikkan ucapan syukur dari suatu pencapaian sering terlintas bahwa itu karena kemampuan kita, bukan karena Tuhan ataupun dukungan dari orang lain. Bukankah ucapan syukur yang sesungguhnya berkaitan erat dengan apa yang dikerjakan oleh Allah bagi kita? Ketika kita melihat mengenai perumpamaan ini, mungkin kita akan lebih cepat memahami kesalahan yang dilakukan oleh orang Farisi ini.
Memiliki kebenaran tidaklah salah dan menyadari bahwa kita benar dihadapan Allah juga bukanlah suatu hal yang keliru, akan tetapi yang terpenting kita harus mengetahui dari mana kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran bukanlah sesuatu yang kita raih, akan tetapi itu hanyalah pemberian yang dianugerahkan oleh Allah yang aktif kepada setiap kita yang pasif. Kebenaran yang sejati disediakan oleh Allah kepada mereka yang menyadari dengan sungguh siapa mereka sebenarnya dihadapan Tuhan. Seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak benar, berdiri jauh-jauh karena dia merasa bahwa dirinya tidak layak untuk menjumpai Allah yang Kudus. Bahkan ketika ia berdoa, ia tidak berani menatap ke langit karena dia tahu siapa dirinya.
Biarlah kita menyadari bahwa apapun yang kita miliki bukanlah suatu pencapaian karena kuat dan hebatnya kita secara pribadi. Oleh karena itu, kita harus menunjukkan sikap yang sepatutnya, bahwa kebenaran yang kita miliki adalah anugerah dan kita menyadari bahwa kita adalah hina, tidak layak namun Dia melayakkan kita. Ketika kita hidup setidaknya tidak ada kesombongan dan kita boleh berpedang pada kebenarannya yang memberikan setiap peringatan kepada kita. Biarlah setiap pengetahuan kita yang benar tentang Dia kita dapat membagikannya kepada orang lain, agar mereka juga memuliakan Dia dalam kekudusan- Nya. -RJL

Search

Popular Posts

  • PENGHALANG BERKAT: KESERAKAHAN

    1 Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. (dibaca 1 pasal) Yosua 7 Bacaan Alkitab Kisah Para Rasul 24-26 Ketika masih remaja saya pernah menikmati buffet…

  • PENGHALANG BERKAT: BEBAL dan BODOH

    16 Pada waktu itu raja Ahas menyuruh utusan kepada raja negeri Asyur untuk memohon bantuan. … 19 Demikianlah TUHAN merendahkan Yehuda oleh karena Ahas, raja Israel itu, membiarkan kebiadaban berlaku di Yehuda dan berubah setia kepada TUHAN. 2 Tawarikh 28 Bacaan Alkitab Kisah Para Rasul 20-23 Seorang anak yang berkali-kali mengabaikan nasihat mamanya untuk tidak…

  • PEMBAWA BERKAT: MENGHORMATI TUHAN

    9 Tetapi di sana ada seorang nabi TUHAN yang bernama Oded. Ia pergi menemui tentara yang pulang ke Samaria dan berkata kepada mereka: “Lihatlah, karena kehangatan murka-Nya kepada Yehuda, TUHAN, Allah nenek moyangmu, menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, dan kamu telah mengadakan pembunuhan di antara mereka dengan kegeraman yang sampai ke langit. 2 Tawarikh 28…

Categories