Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4)
Bacaan Alkitab
Yeremia 12-14
Amsal 24:30-34
Hari ini kita belajar dari teladan Tuhan Yesus yang sempurna dalam menghidupi Firman, melalui selalu terkoneksi dengan diri. Bagian firman di atas menceritakan tentang Tuhan Yesus yang baru perpuasa selama 40 hari 40 malam, yang tentu setetes dan sebutir nasi belum Dia konsumsi. Betapa Dia lapar dan betapa kuat keinginan untuk menyelesaiakan siksaan lapar dan haus itu. Dan lebih Dia bergumul lagi, mengapa? Ada jalan keluar yang tersedia, di dalam diri-Nya ada kuasa yang tidak terbatas. Dengan cara itu penderitaaan-Nya dengan mudahnya dapat diselesaikan. Tapi tidak boleh Ia memilih jalan itu. Mungkin kalau kita di posisi Tuhan, kita akan kesal dengan berkata, mengapa sih ngak boleh ini dan itu, di tengah-tengah kendisi seperti ini? Bukankah saya butuh makan karena saya sangat lapar? Yesus tidak! Firman yang Ia tahu, selalu terkoneksi dengan diri-Nya sebagai salah seorang manusia yang sedang lapar dan haus.
Maka Tuhan Yesus berkata, dengan kepercayaan diri yang luar biasa, Ada tertulis: Saya hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus merupakan kalimat jelas, tegas dan padat. Maksud saya adalah Tuhan Yesus tidak berbelit- belit, tidak mencari alasan-alasan agar Dia bisa makan, tapi langsung menolak tawaran iblis. Itulah sebabnya Dia mengalami kemenangan dalam pencobaan itu. Kalau anda bagaimana?
Kadang dalam guyonan, saya sering mengutip firman yang di atas ketika orang mengingatkan saya akan diabet dengan berkata, jangan makan nasi kan diabet pak. Lalu saya berkata, ya…saya setuju, manusia hidup bukan dari nasi saja, tapi saya lapar dan harus makan. Ha….ha….hanya guyonan saja. Walau sering, pada akhirnya saya tidak makan nasi agar gula darah tidak naik, dan itu sangat baik untuk kesehatan saya.
Kehidupan kerohanian kita membutuhkan makanan sehat dan jangan memakan makanan yang merusak kesehatan. Mana firman yang melarang kita melakukan sesuatu, jangan kita lakukan. Mana firman yang mendorong kita untuk terus melalukannya, tentu kita lakukan lagi. Hal ini sangat mungkin, ketika firman selalu terkoneksi dengan diri kita, sebab kita pelaku utamanya dan bukan orang lain. Ketika firman berbicara menegur dosa, mari dengan rela menjadi orang yang diadili/terdakwa, ketika bersifat menghibur, mari buka hati dan pikiran agar disegarkan firman dan kita memperoleh kekuatan yang baru. Dan ketika firman bersifat menuntun, jangan berjalan zigzag, lurus aja! -FD