²³Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” ²?Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan- perbuatannya dan bukan hanya karena iman. ²?Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? ²?Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yakobus 2)
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 18-19
Amsal 27:10
Wikipedia memberikan pengertian tentang Humanitarianisme adalah sebuah kekerabatan moral , tanpa pamrih , dan simpati yang ditujukan kepada seluruh umat manusia. Humanitarianisme telah menjadi konsep sejak dulu, tetapi tema umumnya berubah-ubah, tanpa memandang gender, orientasi seksual, ras, kasta, usia, agama, kemampuan, atau kewarganegaraan.
Melihat penjelasan di atas, berdasarkan hukum kasih kedua (yang sama dengan yang pertama) – kasihilah sesamamu manusia; maka seorang kristen yang sungguh beriman kepada Yesus Kristus seharusnya juga seorang humanitarian, yang memiliki perilaku dan perbuatan sebagai pernyataan iman mereka.
Pertanyaannya, apakah seorang yang tidak percaya kepada TUHAN bisa menjadi seorang humanitarian yang menjunjung tinggi humanitarianisme? Fakta menjawab: BISA. Pada saat ini agama kemanusiaan telah menjadi universal, yang bergerak atas dasar panggilan kemanusiaan. Bila seseorang yang tidak percaya TUHAN bisa menjunjung tinggi dan melakukan kesetiakawanan, kekerabatan moral yang berisi perbuatan² baik, berarti tanpa iman (percaya kepada Allah) mereka bisa melakukannya. Tegasnya, perbuatan tanpa iman. Benarkah perbuatan seperti ini yang dimaksudkan oleh Yakobus di ayat 24?
Perenungan hari ini mengangkat sebuah tema BUKAN SEMBARANG PERBUATAN. Kita tidak sedang menguraikan tentang jenis² perbuatan (baik) yang dilakukan oleh manusia yang baik secara moral & sosial. Tetapi kita akan lebih mengacu pada apa yang menjadi penyebab/ sumber dari perbuatan baik itu.
- Apakah perbuatan baik itu berasal/ bersumber pure/murni dari manusia dengan mengandalkan tanggung jawab moral dan sosial-nya semata. Bahkan mereka meng-klaim tanpa Allah-pun mereka sanggup melakukannya. (Bandingkan dengan Roma 2:13-15)
- Apakah perbuatan baik itu bersumber/ berasal dari iman, dan menyatu dengan iman, sebagai ekspresi iman – sehingga beriman kepada Allah menjadi bagian krusial yang tidak dapat dilepaskan dari “produk²” perbuatan yang dihasilkan.
- Tantangan yang muncul: bila orang² yang tidak percaya TUHAN saja bisa melakukan perbuatan² yang baik, maka seharusnya orang² percaya/ beriman juga dapat melakukannya.
Perenungan:
Pernahkah kita pikirkan dengan penuh kesadaran – mengapa kita melakukan perbuatan² baik untuk menolong dan menjadi berkat bagi orang lain? Apakah karena kuat & gagah kita? Atau untuk mendapat pahala? Atau agar imanmu dinyatakan & nama Tuhan dimuliakan? -JP