1 Samuel 9:20
Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya.
Bacaan Alkitab
Keluaran 7-9
Renungan
Berlarilah orang ke sana dan mengambilnya dari sana, dan ketika ia berdiri di tengah-tengah orang-orang sebangsanya, ternyata ia dari bahu ke atas lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya. (1 Samuel 10:23)
Dalam hidup ini, kita cenderung tertarik pada hal-hal yang kelihatan dan spektakuler. Kita menilai dan bangga hati atas pengaruh dan pencapaian kita. Namun, sekalipun memberi kepuasan, perhatian terbesar kita tidak seharusnya dihabiskan pada wajah bangunan yang tampak dari luar ini. Kekuatan kita yang sesungguhnya terletak pada dasar bangunan dan fondasi yang tidak kelihatan.
Tanpa sebuah dasar yang dalam dan kuat konstruksi penyanggah tidak mampu menopang bangunan yang ada. Dan bagian atas bangunan tidak boleh melebihi ketinggian tertentu, karena bisa roboh. Sebab itu selalu dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan fondasi dari bangunannya (catatan Edmund Chan).
Kehidupan yang merupakan penyembahan atau ibadah kepada Allah dalam takut akan Dia, yang ditopang oleh kerendahan hati, hikmat dan keteguhan hati, merupakan sebuah fondasi yang akan dapat bertahan menghadapi berbagai tekanan dan goncangan yang hebat. dasar yang kuat di dalam Tuhan ini harus terus dirawat dan diperkuat. Dan ini adalah pekerjaan seumur hidup. Di atas dasar tersebut ada pilar bangunan, balok-balok dan tiang-tiang penyangga yang secara bersama-sama membentuk kerangka bagi dinding dan lantai bangunan. Pilar-pilar penyangga ini adalah bidang kehidupan pribadi yang perlu kita jaga.
Saul tidak memiliki fondasi dan pilar kehidupan yang kuat. Yang ada adalah bangunan fisik yang elok dan megah. Sehingga sewaktu dihantam goncangan kuat, kehidupannya dan pelayanannya roboh. Untuk itu bersediakah kita bertanya dengan jujur dan tulus, kepada diri sendiri yang menyatakan diri sebagai seorang murid. Sudahkah kita memiliki fondasi dan pilar kehidupan yang kuat, yang siap menahan goncangan badai kehidupan? Yaitu di atas dasar yang kuat, yakni firman yang mengungkapkan kita diciptakan dan diubahkan untuk memuliakan nama-Nya, sebagaimana rancangan Allah semula? Bersediakah kita bertahan di tengah badai yang sangat mengerikan itu, yakni penindasan dan penganiayaan? Karena Ia telah berjanji akan menyertai kita sampai akhir jaman? Yakinkah kita akan janji itu? Biarlah pertanyaan-pertanyaan ini membawa kita merenung lebih dalam. -FD