Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 25-27
Pastori tempat kami tinggal tepat berada di pinggir jalan utama desa Karyasari. Jalan utama ini letaknya tepat di depan pastori, yang merupakan akses utama bagi warga jika ingin beraktivitas. Saya sering mengamati aktivitas warga yang akan pergi ke kebun atau sawah di depan pastori. Mulai subuh atau sekitar jam empat pagi ada warga yang berangkat ke kebun atau sawahnya. Kemudian di kebun atau sawah mereka mulai bekerja, membersihkan rumput, atau pun merawat tanaman. Mereka baru pulang kira- kira jam empat atau jam lima sore, bahkan kadang ada yang jam enam sore baru pulang. Hampir setiap hari pemandangan tersebut saya amati. Mereka begitu tekun dan setia dengan pekerjaannya. Begitu juga dengan saya dan Anda, kita mungkin juga mengerjakan pekerjaan masing-masing dengan tekun. Akan tetapi pertanyaan penting yang perlu saya dan Anda renungkan adalah: sebagai orang percaya, apakah saya dan Anda juga memiliki ketekun dan kesetiaan dalam hal berdoa?
Apabila secara jujur mau mengakui, mungkin ada kecencerungan banyak diantara kita begitu giat, tekun, bahkan ‘mati-matian’ dalam pekerjaan maupun dalam segala urusan pribadi. Akan tetapi jika berbicara tentang doa ada yang berkata: ‘nanti atau tunggu dulu’. Apakah demikian kehidupan doa yang Tuhan kehendaki? Tentu saja tidak! Lalu bagaimana dengan kehidupan doa Daniel? Apakah Daniel berdoa hanya waktu-waktu tertentu saja? Misalnya hanya pada saat menghadapi kesulitan atau saat menghadapi masalah dalam pekerjaannya? Alkitab menyebutkan bahwa, Daniel memiliki waktu khusus untuk berdoa. Ia memiliki waktu berdoa tiga kali sehari, dan hal itu dilakukan setiap hari.
Perhatikan kalimat: “tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa Daniel adalah seorang yang tekun dan setia dalam berdoa. Bukan hanya berdoa pada saat menghadapi kesulitan atau ketika ingin meminta sesuatu kepada Tuhan saja, tetapi setiap saat. Ketekunan dan kesetiaan Daniel dalam berdoa juga bisa kita lihat pada waktu Nebukadnezar ingin melenyapkan semua orang bijaksana di Babel, karena tidak bisa menafsirkan mimpi raja. Setelah menghadap raja, Daniel kemudian menemui sahabat- sahabatnya dan mengajak mereka untuk berdoa, memohon belas kasih Allah, agar diberikan hikmat untuk menafsirkan mimpi raja (Dan. 2:16-18). Daniel juga berdoa sambil berpuasa dan mengaku dosa setelah membaca nubuat nabi Yeremia (Dan. 9:2 – 19).
Refleksi: Bagaimana kehidupan doa saya dan Anda? Ketika dalam pergumulan, belum mendapat jawaban doa dari Tuhan, bahkan ketika seolah Tuhan terdiam, apakah saya dan Anda akan tetap setia dan tekun berdoa? (sp)