Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan- Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama- lamanya. (Matius 6:9-13)
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 28-30
Mengapa saya dan Anda harus berdoa? Apa sebenarnya tujuan saya dan Anda berdoa? Apakah untuk mendapatkan sesuatu atau agar keinginan dan hal-hal yang saya dan Anda doakan dikabulkan? Misalnya yang sakit berdoa supaya disembuhkan, supaya diterima kuliah, supaya mendapatkan pekerjaan, usaha semakin diberkati, bisa membeli motor, mobil, atau bahkan membeli rumah? Tentu saja berdoa minta kesembuhan, agar diterima kuliah, mendapat pekerjaan, bisa membeli motor, mobil, rumah dll, tidaklah salah. Akan tetapi, apakah hanya itu tujuan saya dan Anda berdoa? Apabila tujuan berdoa hanya supaya apa yang didoakan dan kita minta kepada Tuhan terkabul, maka saya dan Anda seperti pengemis yang hanya meminta- minta. Lebih dari itu, berarti saya dan Anda hanya menganggap Tuhan seperti pembantu.
Jadi, apa sebenarnya tujuan berdoa? Charles L. Allen dalam bukunya menulis bahwa tujuan pertama dari doa ialah mengenal Tuhan, dan doa yang benar bukan mendapat atau menerima melainkan memberikan diri kita kepada-Nya. Yesus menegaskan hal tersebut ketika mengajarkan doa Bapa kami. Perhatikan kalimat pertama: “Bapa kami yang di Surga”. Dalam kalimat pertama doa yang diajarkan Yesus, jelas sekali Yesus menegaskan bahwa melalui doa, saya dan Anda diajarkan untuk mengenal siapa itu Allah, dan hanya kepada Dia saja kita berdoa, bahkan bisa memanggil-Nya dengan sebutan Bapa. Dia adalah Allah yang kudus, Dia juga yang empunya kerajaan, segala kuasa dan kemuliaan. Dengan demikian saya dan Anda tahu dan sadar kepada siapa berdoa.
Charles L. Allen memberi contoh menarik: ketika mengalami musibah, respon pertama biasanya kita ingin memberontak, mengeluh, kecewa, sedih dan berkata ‘ini tidak adil’. Tapi, kepada siapa saya dan Anda akan mengeluh? Tentu tidak kepada dinding kamar, sebab dinding tidak bisa bicara dan tidak mengerti yang kita rasakan. Kepada teman-teman, mereka juga tidak bisa sepenuhnya memberi pertolongan dan mengatasi musibah yang kita alami. Bahkan tidak juga kepada keluarga, sahabat atau bahkan kepada langit. Sebab bukan langit dan bukan keluarga yang menciptakan saya dan Anda. Lalu kita sadar akan adanya kekuatan dan kuasa diatas segala- galanya yang senantiasa bekerja dalam hidup kita. Dan Yesus menunjukan dan menegaskan bahwa kekuatan dan kuasa berasal dari Bapa, Dia-lah Allah yang kudus, yang empunya segala kuasa dan kemuliaan.
Refleksi: apakah yang menjadi tujuan saya dan Anda dalam berdoa? Apakah untuk memuaskan diri sendiri? Dan kepada siapa saya dan anda selama ini berdoa? (sp)