Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan- penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Korintus 12:7-9)
Bacaan Alkitab
Yehezkiel 34-36
Saya bertobat ketika mengikuti sebuah kelas pemuridan. Selesai mengikuti kelas tersebut, saya bergumul dalam memilih rencana untuk masa depan saya. Saya menghadapi beberapa pilihan yang sulit. Pertama, seperti mimpi saya, melanjutkan studi dalam bidang teknik, dan peluang itu sangat terbuka. Kedua, ingin bekerja, agar bisa membantu ekonomi keluarga dan kesempatan itu ada. Ketiga, pada waktu bertobat saya berkomitmen mau menyerahkan hidup untuk Tuhan. Kemudian waktu saya berdoa dan renungan pagi, Tuhan meneguhkan dan menyatakan kehendak-Nya melalui firman yang saya baca pagi itu: Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (Mat. 4:19). Kemudian dengan langkah iman, saya memutuskan untuk menyerahkan hidup saya kepada Tuhan.
Banyak orang mengalami kebingungan, kebimbangan, kekhawatiran, ketakutan, bahkan keputusasaan ketika menghadapi berbagai masalah, kesulitan dan pergumulan hidup yang berat. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, dan tidak tahu apa yang menjadi kehendak Allah. Mengapa? Karena tidak mau berdoa. Perlu saya dan Anda ketahui, bahwa didalam dan melalui doa, Allah menuntun kita agar dapat memahami kehendak dan rencana-Nya. Paulus pernah menceritakan pergumulan yang dialami mengenai ‘duri’ dalam dagingnya. Terkait dengan hal itu, Paulus sudah berdoa agar Tuhan mengangkat segala beban atau apapun yang menjadi ‘duri’ dalam daginya. Akan tetapi, Tuhan tetap mengizinkan ‘duri’ itu tetap ada, dan didalam pergumulan doanya, Paulus dituntun untuk memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Yaitu agar Paulus tidak meninggikan diri, dapat melihat kasih karunia dan kuasa Allah yang lebih besar dan tidak terbatas.
Charles L. Allen menjelaskan, memahami kehendak Tuhan tidak mudah, kadang Ia tidak mengirim kita ke Afrika, melainkan untuk minta ampun kepada seseorang atau mengampuni orang yang kita benci. Atau mungkin Dia mengirim kita untuk melakukan pelayanan yang tidak menyenangkan bagi kita. Tetapi yang pasti, jika kita hidup dekat dengan Dia, membaca firman-Nya, berbicara dengan Dia melalui doa, berbakti kepada-Nya melalui kebaktian di gereja, bekerja dengan Dia untuk melebarkan kerajaan-Nya, maka kita akan mengenal Dia dan mengasihi Dia. Dengan mengenal Allah, kita akan dimampukan untuk mengetahui kehendak-Nya. Dengan mengasihi Allah, kita mengikuti kehendakNya. Allah menunjukkan jalan kepada kita jika kita bersahabat dan bersekutu dengan Dia.