⁵Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. ⁶Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. ⁷Maka kata- Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. ⁸Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9)
Seorang penulis buku pernah mengeluarkan sebuah komentar bahwa kehidupan Yesus di masa pelayanan-Nya yang 3 (tiga) tahun seakan tidak beragenda tetap di mana IA memiliki kegiatan secara rutin dan pasti dapat ditemui di suatu tempat dan di jam yang telah ditentukan agar orang boleh datang kepada-Nya. Mungkin lebih pas-nya untuk bahasa kekinian, agenda Yesus MENGALIR – sesuai dengan keinginan-Nya, tetapi yang jelas apapun yang IA lakukan selalu menjadi berkat, membawa dampak, memberikan perubahan dan membuat mereka mengenal & mengalami Bapa-Nya yang mengutus-Nya. Agenda Yesus yang utama ialah melakukan kehendak Bapa yang diekspresikan dalam setiap lini kehidupan. Namun salah satu hal yang Yesus lakukan adalah MENGAJAR. Di manapun, kapanpun dan kepada siapapun Yesus selalu mengambil kesempatan untuk mengajar. Sebagai seorang laki Yahudi dapat dipastikan Yesus mengenyam pendidikan yang cukup. Terhadap penguasaan-Nya terhadap Taurat tak perlu diragukan lagi. IA pernah membuat takjub para cendekiawan Yahudi tatkala usia-Nya masih belia. Bahkan catatan di akhir Khotbah di Bukit (Matius 7:28-29) bisa kota temukan bagaimana kesan dan komentar dari orang yang mendengar pengajaran-Nya. Panggilan RABI kepada-Nya dapat kita temukan dalam ke 3 (tiga) Injil. Boleh dibilang bagian perikop ini seolah sebagai kesimpulan sekaligus penegasan tentang apa yang Yesus lakukan. IA mengajar sebagaimana yang dicatat dalam Matius 5-7, dan IA juga melakukan mujizat- Nya sebagaimana yang dicatat dalam Matius 8-9. Di samping itu, bagian perikop ini juga disebut sebagai sebuah pengantar atau introduksi sebelum murid-Nya diterjunkan dalam pelayanan mereka. Bila kita menyimak secara hurufiah maka kita temukan kurikulum pengajaran Yesus adalah sangat terkait dengan hal Kerajaan Sorga yang seharusnya menjadi berita sukacita bagi mereka yang mendengarkan. Gereja sebagai tubuh Kristus sudah seharusnya melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Yesus Sang Kepala Gereja, yakni hidup di dalam pengajaran. Pengajaran apa yang harus diajarkan oleh gereja Tuhan? Tentu saja mengajarkan pengajaran-Nya. Bukankah hal ini selaras dengan apa yang dicatat dalam Matius 28:20. Problemnya, apakah gereja setia di dalam pengajaran-Nya, dan melakukan pengajaran-Nya? Dan apakah gereja (personal) memiliki sikap hati untuk belajar & diajar? Mungkinkah gereja hidup & bertumbuh tanpa pengajaran? Pengajaran seperti apa yang diharapkan oleh umat? Yang berlandaskan pada ajaran & perintah-Nya atau yang berdasarkan keinginan telinga (2 Timotius 4:3-4)? -JP
Bacaan Alkitab
Kejadian 19
Matius 9
Mazmur 8
Amsal 2:6-15