?Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. ?Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. ?Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. ?Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Matius 9)
Kita akan sangat tergoda untuk melihat nats tersebut di atas dari perspektif secara Hierarchy sehingga menempatkan pelayanan meja (diakonial) menjadi secondary dengan kesimpulan pengajaran & pengajaran Injil di level 1 dan pelayanan meja di level berikutnya, alhasilnya rohani dianggap lebih penting ketimbang ragawi & jiwani. Kita bisa melihat nats di atas dalam perspektif secara Equality dengan menempatkan pelayanan meja sama pentingnya, dan itulah yang mendesak para murid untuk segera memilih para pelayan meja-nya. Dari perspektif seperti inilah Holistic Ministry dilakukan, bukan bersifat hirarkis & dikotomis.
Hal penting yang harus kita pahami, Holistic Ministry bukanlah sebuah rumusan yang baru muncul dalam kancah pelaksanaan Misi Allah di dunia, bukan pula merupakan konstruksi misiologi yang di-ejawantah- kan dalam metodologi, strategi & pendekatan yang dihidangkan dalam pelayanan misi. Lalu? Pelayanan Holistik adalah pelayanan yang dikerjakan sendiri oleh TUHAN kita Yesus Kristus, yang melihat manusia secara utuh; yang kemudian menjadi sebuah model pelayanan yang seharusnya dikerjakan oleh orang percaya dan gereja-Nya. Gereja TUHAN dan setiap orang percaya harus bersedia diingatkan untuk melakukan pelayanan yang sedemikian. TUHAN memampukan. -JP
Bacaan Alkitab
Kejadian 23–24
Matius 11
Mazmur 10
Amsal 3:1-6