Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya (Mrk 10:21-22)
Saya tidak tahu seberapa antusiasnya Anda ketika mendengar tema khotbah minggu ini adalah tentang mengasihi sesama. Sebagai salah satu topik inti dari Kekristenan nampaknya tema kasih telah kita dengar berulang kalimungkin sejak Sekolah Minggu. Sehingga mungkin kita menganggapnya sebagai suatu topik yang kliseterlalu sering dipakai. Atau mungkin di antara kita ada yang berpikir bahwa mengasihi sesama adalah suatu topik bahasan yang cukup sederhanadi mana kita diajar untuk berbuat baik, tolong menolong, tenggang rasa, dan berbagai hal lain yang juga sudah kita pelajari sejak sekolah melalui mata pelajaran Kewarganegaraan (atau dikenal dengan PPKn atau PMP, tergantung dari era tahun berapa Anda sekolah). Jadi, apa yang baru dari topik ini?
Markus 10:17-27 menceritakan sebuah kisah tentang seorang lelaki yang bertanya kepada Yesus tentang bagaimana memperoleh hidup yang kekal. Kita tahu kisah ini, di mana Yesus kemudian menyebutkan standar kebenaran Allahjangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormati ayahmu dan ibumu (ay 19). Lebih dari sekadar standar kebenaran sesuai Taurat, daftar ini juga memperlihatkan kasih kepada sesama yang Allah tuntut. Dengan jangan membunuh Allah memerintahkan untuk mengasihi sesama dan melindungi hidup mereka. Dengan jangan mencuri kita mengasihi sesama dengan menjaga dan menghargai kepemilikan mereka. Begitu seterusnya. Singkatnya, bisa dirangumkan dengan kalimat, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Luk 10:27). Sebagai respon, lelaki itu menjawab bahwa dia sudah melakukan semuanyacukup mudah, bukan? Namun Yesus memberi satu tantangan untuk jual apa yang kaumiliki dan berikan itu kepada orang-orang miskin. Dan di situlah lelaki itu pergi dengan sedih sebab banyak hartanya. Dia mengira sudah mengasihi Allah. Dia mengira dia tahu cara mengasihi sesama. Namun ternyata dia lebih mengasihi hartanya daripada mengasihi Allah dan sesama. Bertolak dari kisah ini, yakinkah kita bahwa kita sudah tahu cara mengasihi? Yakinkah kita bahwa kita sudah mengasihi? -Dan
Bacaan Alkitab
Kejadian 32
Matius 16
Mazmur 15
Amsal 3:16-18