?Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, ?tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 16) ?Tiga kali setahun semua orangmu yang laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN. (Keluaran 23)
Dua bacaan kita hari ini memiliki kata yang sama, yakni HARUS menghadap dan itu diperintahkan untuk setiap laki-laki Yahudi mulai umur 12 tahun (sekarang 13 tahun). Kata harus ini pastilah melahirkan kosekuensi yang mengikat, dengan kata lain WAJIB. Matthew Henry mencoba mengomentari ayat tersebut demikian:
- Tiga kali setahun semua kaum laki di antara mereka harus berkumpul ber- sama dalam sebuah pertemuan kudus, supaya mereka dapat mengenal dan mengasihi satu sama lain dengan lebih baik, dan menjaga persekutuan mereka sebagai umat yang bermartabat dan istimewa.
- Mereka harus berkumpul ber-sama menghadap ke hadirat Tuhan (ay. 17) untuk mempersembahkan diri mereka sendiri di hadapan-Nya, dengan mengarahkan pandangan ke tempat di mana kehormatan-Nya berdiam. Dan mereka harus berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada-Nya sebagai TUHAN mereka yang agung, yang dari-Nya dan di bawah-Nya mereka memperoleh semua harta milik dan keperluan mereka.
- Mereka harus merayakan perayaan ber-sama di hadapan Tuhan dengan sukaria, dengan makan dan minum ber-sama, sebagai tanda sukacita mereka di dalam Allah dan rasa syukur mereka atas kebaikan-Nya terhadap mereka.
Di samping kata HARUS ini bisa dikenakan untuk para laki, nampaknya kata harus ini juga dikenakan terhadap 3 (tiga) hari raya-nya yang harus dirayakan, yang menurut Matthew Henry memiliki maksud & tujuan sebagaimana yang ia paparan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa harus laki?
Yakub Susabda (Bimbingan Pranikah) mengatakan bahwa itu se-mata dilihat dari faktor kepercayaan Allah yang memang dipercayakan kepada laki sebagai kepala keluarga, sebagai imam dalam keluarga, sebagai penerima dan penerus tanggung jawab yang membawa keluarga untuk hidup benar di hadapan Allah, dan masih banyak hal lain yang serupa. Dengan demikian akan menepis sebuah anggapan bahwa TUHAN itu bertindak tidak seimbang dalam hal gender, Allah menciptakan perempuan sebagai second class dan pandangan miring lainnya. Sementara kita akan menemukan dalam Alkitab, hal yang memang dipercayakan TUHAN hanya kepada perempuan, tidak kepada laki. Bila demikian apakah masing kita telah melakukan apa yang telah dipercayakan-Nya kepada kita? -JP
Bacaan Alkitab
Kejadian 46–47
Matius 24
Mazmur 22:1-21
Amsal 4:14-19