?Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. ?Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ?ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
. . . . . ??Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Matius 25)
Dalam perenungan DOA Sabtu (4/2) pagi, kita telah membahas kembali tentang hukum yang utama, yang terambil dari Matius 22. Sekalipun perenungan lebih mengarah hal mengasihi sesama, sesungguhnya hal itu berimplikasi komplit dengan kasih kita kepada TUHAN. Setidaknya bila kita sandingkan dengan bacaan kita di atas, maka seakan segala sesuatu yang kita lakukan bagi sesama sangat berkorelasi dan menjadi perhitungan tersendiri yang dilakukan oleh Yesus, sekalipun tindakan tersebut tidak diletakkan sebagai faktor utama tetapi sebagai faktor pembukti bahwa orang yang melakukan terkonfirmasi sebagai orang yang akan menerima yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Allah.
Sekalipun ayat di atas tidak menuliskan segala aspek kehidupan manusia, tetapi setidaknya cukup mewakili kehidupan manusia itu sendiri dengan segala pergumulannya. Aspek kebutuhan pangan, sandang dan papan memang bisa kita temukan – yang lebih merujuk kepada kebutuhan ragawi. Namun nampaknya kebutuhan jiwani-pun dapat ditemukan di tengah harapan perhatian & kehadiran yang tentu saja akan menguatkan & menopang. Bandingkan saja dengan pendapat Bons Storm yang mengatakan bahwa penggembalaan melalui perkunjungan & kehadiran adalah bagian penyelenggaraan jiwa. Kesimpulan sederhananya, melalui nats bacaan ini kita bisa melihat sebuah jabaran/ rincian/ breakdown dari kasih kita kepada Allah yang diwujudkan dalam perilaku kasih kita kepada manusia tanpa pandang bulu, sehingga setiap kita layak menyebut diri sebagai orang yang melakukan hukum kasih dan layak menerima Kerajaan yang telah Tuhan sediakan bagi kita.
Kasih kepada Allah adalah kasih yang bertindak, bukan saja di hadapan Allah dengan ibadah, persembahan dan berbagai ritualnya, tetapi kasih yang diwujudkan secara nyata juga kepada manusia (bd. 1 Yoh. 3:18; 4:19-20), dan kita harus yakin bahwa Allah menghendaki hal itu.
DOA: Ya Allah tolonglah kami untuk mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Amin. -JP
Bacaan Alkitab
Keluaran 34-35
Markus 14
Mazmur 41
Amsal 9:1-6