?Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ?ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. ?Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? ?Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? ?Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? ??Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Matius 25)
Mari kita mencoba meluaskan cara tangkap kita terhadap komentar yang bertanya untuk mendapatkan penegasan, “Bilamanakah kami melihat” dari orang yang di sebelah kanan dalam merespon pernyataan Sang Raja, antara lain:
- Pertanyaan, Bilamanakah kami melihat wajar diajukan karena faktanya mereka tidak pernah melihat Sang Raja dalam kondisi lapar, haus, membutuhkan tumpangan dalam sebagainya.
- Pertanyaan, Bilamanakah kami melihat – berlanjut dengan penegasan dari Raja di ayat 40 menunjukkan bahwa mereka melakukan untuk memperhatikan dan berbelas kasihan kepada sesama sebagai natur alamiah orang percaya yang penuh kasih – yang telah menjadi karakter hidup mereka, yang mengalir se-waktu, kapanpun dan di manapun tatkala mereka berjumpa dengan sesama yang sedang menderita. Bukan sebagai proyek atau program.
- Untuk menegaskan, mereka hidup penuh belas kasihan dan berbagi dengan sesama merupakan buah kehidupan, buah iman dan buah Roh dari kehidupan yang senantiasa diperbaharui. Bukan sebagai target pengejaran untuk mendapatkan pahala.
- Lebih jauh lagi, aplikasi mengasihi sesama akan timbul dengan sendirinya tatkala mereka berorientasi untuk mengasihi Allah dan memperkenan hati-Nya.
Pemahaman seperti itu akan menolong kita untuk menepis bahwa berkat anugerah itu diperoleh & diperhitungkan oleh karena kebajikan & kebaikan hidup manusia; melainkan kebajikan selalu berangkat sebagai buah iman & buah roh yang terjadi karena transformasi yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang kemudian menjadi bukti konkrit bahwa seseorang layak menerima Kerajaan yang telah disediakan oleh Allah.
DOA: Ubahlah hati kami senantiasa sehingga mengalami pembaharuan demi pembaharuan yang dapat kami nyatakan dalam sikap hidup kami yang senantiasa menjadi berkat bagi siapapun, di manapun & kapanpun. Amin
-JP
Bacaan Alkitab
Keluaran 37-38
Markus 16
Mazmur 43
Amsal 9:9-10