?Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? ?Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? ?Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? ??Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Matius 25) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. (Lukas 8:3) Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Lukas 10:29)
Salah satu isu yang cukup menarik dari nats ini adalah bagaimana kita memaknai istilah saudara-Ku yang paling hina yang diucapkan oleh Tuhan Yesus ini. Ada beberapa pemikiran yang bisa menolong dan mengarahkan kita untuk memahaminya, antara lain:
- Apakah ini merupakan mengisyaratkan tentang adanya level persaudaraan? Misal: saudara yang se-level, saudara di atas atau di bawah level, dan saudara yang jauh di bawah level (level paling hina). Saya yakin bahwa apa yang diutarakan oleh Yesus tidak bermaksud membicarakan level persaudaraan, justru menekankan bahwa Yesus mengasihi siapapun juga. Mari kita bandingkan dengan komentar sebuah tafsiran:
Kristus akan mengakui mereka sebagai saudara-Nya, bahkan yang paling hina sekalipun. Ia tidak akan merasa malu dan juga tidak menganggap bahwa dengan menyebut mereka saudara hal ini akan merusak nama baik-Nya (Ibr. 2:11). Ia takkan memungkiri sanak-Nya yang miskin. Lazarus bersandar di dada-Nya sebagai sahabat dan saudara. Dengan demikian Ia akan mengakui mereka (ay. Mat. 10:32). - Atau Yesus menggunakan istilah yang paling hina ini justru dalam terminologi dan perspektif manusia yang terlalu mudah dan selalu tergoda untuk mengotakkan manusia pada level-nya, yang notabene mudah mengasihi & berperilaku baik kepada mereka yang selevel atau di atasnya dalam rangka mencari muka – sebaliknya mengabaikan dan merendahkan yang jauh di bawah levelnya. Ingat bukan pertanyaan sang Ahli Taurat untuk membela dirinya: “Siapakah sesamaku manusia?” Pemikiran ini sangat masuk akal karena sedang dalam konteks membicarakan apa yang dilakukan oleh manusia, dalam pergumulan & sikap manusia terhadap manusia lain yang diperhitungkan oleh Raja dalam penghakimannya.
- Sangat menarik bila kita melihat proses identifikasi yang Yesus lakukan. Yesus seolah mengidentikkan diri-Nya dengan orang yang paling hina. Ia akan memperhitungkan kebaikan yang dilakukan bagi mereka itu sebagai kebaikan yang dilakukan untuk diri-Nya sendiri. Kamu telah melakukannya untuk Aku. Ini menunjukkan rasa hormat-Nya kepada orang miskin yang telah ditolong, dan juga kepada orang kaya yang telah membantu mereka. Perhatikanlah, Kristus mendukung masalah yang dihadapi umat-Nya, dan menganggap diri-Nya sendiri berkepentingan dalam kepentingan mereka. IA merasa diri-Nya sendirilah yang diterima, dikasihi, dan diakui di dalam mereka.
Tantangan bagi kita – Jika Kristus sendiri berada di antara kita dalam kemiskinan, seberapa siapkah kita untuk menolong DIA? Di dalam penjara, sesering apakah kita mengunjungi DIA? Seharusnya kita iri dengan kehormatan orang yang melayani DIA dengan kekayaan mereka (Luk. 8:3). Di mana pun orang kudus dan para pelayan jemaat miskin berada, di sanalah Kristus berada dan siap menerima kebaikan kita di dalam mereka, dan perbuatan itu akan dimasukkan ke dalam catatan-Nya. DOA: Ya Yesus, tolonglah saya. Amin. -JP
Bacaan Alkitab
Imamat 1-3
Lukas 2
Mazmur 45
Amsal 9:13-18