1 Ketika lawan orang Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan itu sedang membangun Bait Suci bagi TUHAN, Allah Israel, 2 maka mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada mereka: Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kami pun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar- Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari. 3 Tetapi Zerubabel, Yesua dan para kepala kaum keluarga orang Israel yang lain berkata kepada mereka: Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Koresh, raja negeri Persia. (Ezra 4:1-3)
Bacaan Alkitab
Bilangan 21-22
Yohanes 5
Mazmur 68
Amsal 11:9-11
Pengalaman buruk yang dialami karena perilaku negatif dari suku tertentu dapat mempertajam permusuhan antar suku. Sejak pemerintahan Orde Baru, muncul prasangka buruk terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Mereka dianggap sebagai pengendali ekonomi yang menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sentimen antar suku yang makin tajam. Sentimen tersebut kemudian meledak pada peristiwa Mei 1998, di mana banyak suku Tionghoa yang menjadi korban dan menjadi trauma.
Pada nats di atas kita dapat melihat bagaimana orang Yahudi menolak bantuan orang Samaria (lawan orang Yehuda dan Benyamin) untuk membangun bait Allah. Tentu penolakan orang Yahudi bertujuan agar orang- orang Samaria tidak mengontaminasi praktik ibadah orang Yahudi. Sejak saat itu orang Samaria membenci orang Yahudi dan berusaha menghalangi proses pembangunan bait Allah di Yerusalem. Mereka kemudian membangun bait Allah di Gunung Gerizim. Kebencian yang dimulai sejak th. 720-an SM terus berlanjut dengan sikap saling merendahkan sampai ke zaman Tuhan Yesus, bahkan Tuhan Yesus pun menjadi salah satu korban kebencian antar suku tersebut. Orang Yahudi pernah menyebut Tuhan Yesus sebagai orang Samaria yang kerasukan setan (Yoh. 8:48). Sementara dari pihak orang Samaria, mereka pernah menolak rencana Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya melintasi sebuah desa di Samaria karena mengetahui kalau mereka hendak menuju ke Yerusalemwilayah Yudea (Luk. 9:51-53). Hal tersebut menimbulkan kegeraman Yakobus dan Yohanes (Luk. 9:54). Namun demikian Tuhan Yesus tidak menjadi trauma dan dendam. Sebaliknya, Ia menegor kedua murid tersebut. Tuhan Yesus tetap melayani orang Yahudi maupun Samaria.
Mari kita belajar memiliki hati Kristus yang tidak menyimpan trauma masa lalu dan dendam terhadap siapa pun, dengan demikian kita dapat tetap melayani orang-orang yang ada di sekitar kita.
Doa: Tuhan Yesus, ajar kami untuk tidak terjebak dalam belenggu permusuhan agar kami dapat memberitakan kasih-Mu. -VA