7 Lalu datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya, “Berilah Aku minum.” 9 Kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang bertanya, “Apa yang kaukehendaki?” Atau, “Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” (Yohanes 4:7, 9, 27 PBTB2)
Bacaan Alkitab
Bilangan 23
Yohanes 5
Mazmur 69
Amsal 11:12-13
Setiap wilayah memiliki tatanan nilainya masing-masing, dan bisa jadi sesuatu yang dianggap lumrah di satu wilayah merupakan hal yang tidak pantas di wilayah yang lain. Hugging (memeluk/merangkul) orang lain yang berbeda gender adalah hal yang tidak lumrah kita lakukan di Indonesia, tetapi di Amerika itu merupakan hal yang biasa dilakukan, termasuk antara dosen dan murid lawan jenis.
Tuhan Yesus, yang seorang rabi tentu sangat memahami tatanan nilai di Israel pada zaman itu. Seorang pria sangat jarang berbicara berbicara dengan seorang wanita di muka umum, sekalipun mereka adalah pasutri. Seorang pria lajang tidak boleh berbicara dengan seorang wanita, apalagi menyentuhnya kapan pun dan di mana pun. Maka, yang Tuhan Yesus lakukan dalam bacaan di atas adalah perbuatan yang tidak lumrah di Israel pada zaman itu. Itu sebabnya wanita Samaria itu terheran-heran dengan keberanian Tuhan Yesus meminta air kepadanya. Para murid pun heran melihat-Nya sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita, bahkan saking kagetnya mereka sampai tidak dapat berkata-kata karena wanita itu ke sumur pada siang hari. Pada zaman itu kaum wanita memiliki tanggung jawab untuk mengambil air untuk keluarganya. Sambil bersosialisasi, mereka biasanya mengambil air pada pagi atau sore hari untuk menghindari panasnya paparan sinar matahari. Maka, wanita Samaria dalam Yoh. 17 ini adalah seorang wanita dengan reputasi buruk yang menghindari keramaian. Tuhan Yesus tidak berusaha mempertahankan reputasi-Nya hanya untuk dipandang baik, tetapi Ia rela menembus batas tatanan nilai masyarakat untuk menyelamatkan manusia berdosa yang berusaha mematuhi tatanan nilai masyarakat, tetapi hidup di luar dari tatanan nilai firman Tuhan.
Perenungan ini bukan mengajak kita untuk melanggar tatanan nilai masyarakat, tetapi melayani dengan hikmat Tuhan untuk membawa orang- orang kembali pada tatanan kebenaran firman Tuhan, sekalipun mereka adalah orang-orang yang dikucilkan.
Doa: Tuhan beri kami hikmat dan keberanian untuk melayani orang-orang yang tidak diperhatikan oleh masyarakat. -VA