Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. “Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” (Yohanes 4:13-15)
Bacaan Alkitab
Yosua 16-18
Kisah Para Rasul 18
Mazmur 103
Amsal 13:11
Alkitab menyebutkan bahwa, orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Perselisihan orang Yahudi dan orang Samaria memiliki sejarah yang cukup panjang. Meskipun orang Samaria dianggap bukan orang Yahuni murni, namun tidak bisa dipungkiri bahwa mereka memiliki kedekatan akar budaya maupun keagamaan yang erat. Orang Samaria juga memercayai Taurat. Terbukti dari pernyataan perempuan Samaria yang mengenal bapa leluhurnya yaitu Yakub (ay. 12), ia juga mempercayai adanya nabi (ay. 18), bahkan orang Samaria juga percaya dan menantikan datangnya Mesias (ay. 25).
Jika memerhatikan ayat 20, menunjukkan bahwa orang Samaria juga menjalankan ritual keagamaan dengan taat. Meskipun demikian, perempuan Samaria tetap mengalami kekosongan dalam dirinya. Hidupnya penuh pergumulan, mulai dari kegagalan pernikahannya, hidup dengan pria yang bukan suaminya, dan menghadapi ‘stigma buruk’ di masyarakat sebagai perempuan nggak bener’. Kemungkinan perempuan ini dikucilkan, karena latar belakang hidupnya yang buruk (Yoh. 4:9, 18). Sehingga harus mengambil air sendirian waktu siang atau tengah hari (Yoh. 4:6-7).
Dalam kesendirian dan kekosongan hidupnya tiba-tiba seorang Yahudi menyapanya. Lalu berbicara tentang Air Hidup dan Mesias. Orang Samaria juga menantikan datangnya Mesias yang akan datang kembali, sebagai raja dan imam. Bertolak dari pemahaman itu, maka Yesus membawa perempuan Samaria untuk berjumpa dengan Mesias sejati yaitu Yesus sendiri (Yoh. 4:25- 26). Perjumpaannya dengan Yesus telah membawanya mengenal Allah yang sejati, dan menuntunnya untuk percaya kepada Kristus. Bahkan, dengan berani ia menyaksikan apa yang telah ia dengar, apa yang ia lihat, dan ia alami bersama Yesus kepada orang Samaria. Itulah yang paling membahagiakan dalam hidupnya.
Refleksi: pencarian dan kehausan hidup saya dan Anda tidak akan pernah terpuaskan dan menemukan jawaban, kecuali hanya di dalam Kristus. (SP)