Lukas 15 ?Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. ?Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, ?aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. ?Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. (Lukas 15)
Bacaan Alkitab
1 Tawarikh 1
1 Tesalonika 3
Kidung Agung 7
Amsal 18:14-15
Renungan
“Baru kusadari – Cintaku bertepuk sebelah tangan – Kau buat remuk s’luruh hatiku.” Ya, ini adalah lirik lagu Pupus yang dinyanyikan oleh Dewa dengan Once sebagai vokalisnya. Cinta yang bertepuk sebelah tangan adalah cinta yang tidak nyambung rasa, cinta yang sepihak, cinta yang tidak mungkin terjalin.
Demikian hal-nya dengan sebuah relasi yang (di) rusak, akan sulit untuk diperbaiki bila hanya bergantung pada satu pihak saja – sementara pihak lain tidak memiliki keinginan untuk nyambung kembali. Kemarin kita sudah merenungkan hal upaya yang dilakukan oleh si bungsu untuk merajut kembali relasi dengan ayahnya. Berbagai upaya untuk merealisasikan sudah ditempuhnya, sekalipun harus dengan hati yang remuk redam. Sesungguhnya upaya ini akan sia bila tidak ada respon dari pihak lain, yaitu bapanya.
Di sinilah kisah bapa yang baik itu ditampilkan; bapa yang tidak perhitungan bahkan dendam kepada anak; bapa yang menerima kembali sang anak apa adanya – bahkan memberikan lebih dari espektasi sang anak. Bapa yang tidak pernah membiarkan anaknya bertepuk sebelah tangan tatkala sang anak ingin sambung rasa kembali. Bapa yang selaku memiliki Compassion untuk anaknya – tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Sebuah istilah yang sama persis untuk menjelaskan Yesus tatkala melihat orang seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:36). Ekspresi compassion yang bukan pasif dengan menunggu anaknya datang kepadanya, melainkan sang bapa yang berlari untuk menyongsong anaknya dengan rangkuman & ciuman.
Rekonsiliasi hanya bisa terjadi tatkala 2 (dua) pihak berada di “frekuensi” yang sama – salah satu dengan permohonan ampun/maaf-nya, yang satu dengan compassion-nya. Sanggukah kita menerbitkan compassion seperti itu? Kita selalu membutuhkan belas kasihan TUHAN.