Lukas 15 28Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Bacaan Alkitab:
1 Tawarik 4-5
1 Tesalonika 5
Amsal 18:19
Renungan
Banyak reaksi yang dapat dimunculkan tatkala sebuah relasi sedang renggang dan meradang. Ada orang yang melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk membuatnya lebih runyam dengan cara ngompor-ngompori salah satu pihak sehingga relasi menjadi lebih parah lagi. Biasanya hal seperti ini dilakukan oleh seseorang yang tidak senang dengan pihak lain (seberang) dari orang yang di- panas2-i itu. Ia sedang memancing di air keruh.
Ada pula yang menanggapi sebuah relasi buruk dengan menerapkan jiwa feodal. Ia akan menggunakan posisi dan kekuasaan-nya untuk menyatakan sikap dan menunjukkan diri tentang siapakah dia. Bapa si sulung itu sebetulnya bisa melakukan hal ini untuk menanggapi kemarahan si sulung tatkala adiknya kembali. Dari pendekatan hirarkis bukankah ia seorang ayah yang punya kuasa; bukankah ia seorang tuan di mana anaknya mengerjakan ladangnya.
Bapa yang baik ini memiliki cara tanggap yang berbeda terhadap relasi yang sedang memanas ini. Ia tidak membiarkan anak sulungnya bertahan di luar dengan kemarahannya. Sang bapa keluar untuk berbicara dan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Ia berusaha untuk meredam amarah anaknya, ia sedang berusaha untuk mendinginkan suasana, ia sedang membangun kembali relasi yang rusak itu, ia sedang me-rekonstruksi relasi. Paling tidak ada 2 (dua) topik bahasan yang disampaikan kepada anak sulungnya ini:
? Terkait dengan harta yang dijadikan alasan bahwa ayahnya telah “meng- hambur2-kannya” dalam rangka menyambut adiknya. Sang bapa hanya mengatakan bahwa segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
? Sang Bapa sangat perlu menjelaskan arti yang mati telah hidup kembali dan yang hilang telah didapati kembali.
Memang bila kita memperhatikan kisah anak yang hilang ini, yang kita hadapi adalah open ending; sebuah akhir yang terbuka khususnya tentang respon akhir si anak sulung ini. Apakah dia akhirnya masuk dan ikut merayakan sukacita itu, atau ia tetap bertahan di luar dan bernaung di bawah kemarahannya.
Kita sebagai pembaca kisah tersebut ingin memiliki akhir seperti apa? Asumsi apa yang kita pilih? Silahkan tentukan sendiri. Kiranya TUHAN menolong kita sekalian. -JP